Saya mengenal beliau secara pribadi sejak masih mahasiswa tahun 2000-an. Dan aktif berdiskusi dengan beliau tentang tema-tema nasional dan global sejak tahun 2002, bertepatan ketika saya menjadi ketua senat mahasiswa. Dari inspirasi beliau lah saya berinisiatif mengkonsolidasi BEM se-Makassar untuk membangun parlemen jalanan terbesar pasca reformasi kala itu.
Setelah terjun dalam dunia politik, saya semakin intens berdiskusi dengan beliau. Lebih tepatnya menjadi murid beliau. Anis Matta memang tidak mengajarkan bagaimana menyusun Perda atau seni membaca APBD, tapi beliau mengajarkan tentang norma dan kaidah dalam politik praktis dan interaksi dengan kekuasaan.
Tahun 2012 saya dan beberapa kawan separtai kala itu diikutkan dalam program informal “global leader” oleh beliau. Kami diperkenalkan dengan elit-elit nasional dan berkesempatan medalami pikiran-pikiran mereka. Lalu mengikuti program perjalanan internasional ke beberapa negara untuk diperkenalkan bagaimana dinamika global bekerja. Sayangnya, dinamika internal partai waktu itu membuat program keren ini terhenti.
Baru pada tahun 2016 saya dkk diperkenalkan dengan ilmu baru bagi kami, forecasting. Kebetulan momennya tepat. Anis Matta membaca bahwa dunia sedang mengalami pergeseran besar dalam siklus sejarahnya, dan kita perlu memahami petanya: Krisis ekonomi global tahun 2008, krisis politik arab spring 2010, krisis Krimea 2014, Brexit 2016, fenomena Trumpisme di AS, kebangkitan populisme di Eropa, kebangkitan China, dll.
Bagi mata awam seperti saya, semua fenomena-fenomena tersebut hanyalah rentetan peristiwa yang berdiri sendiri. Tapi dalam kacamata forecasting Anis Matta, semua ini adalah penanda sedang dimulainya gelombang perubahan besar dalam skala global, yang bersesuaian dengan siklus perubahan besar dalam teori-teori siklus perubahan sosial yang populer di dunia.
Bagi Anis Matta, forecasting adalah ilmu saintific. Pengetahuan yang bisa membantu kita membuat prediksi, tapi bukan ilmu pasti. Masa depan hanyalah ilmu Allah. Tetapi akar ilmu forecasting sebagai sebuah pendekatan mengahadapi ketidakpastian dan krisis bisa ditemukan pada kisah Nabi Yusuf di dalam Al-Qur’an yang basisnya adalah mimpi, dan sekarang manusia bisa membuat pendekatan yang serupa melalui basis Big Data.
Sehebat-hebatnya forecasting manusia, tidak akan mampu mengalahkan pengetahuan dan kehendak Allah tentang masa depan. Namun, saya telah menyaksikan bagaimana forecasting Anis Matta dalam peristiwa-peristiwa tertentu benar-benar terjadi atas kehendak Allah.
Sebulan sebelum kudeta Turki tahun 2016 terjadi, kami dalam kelas kecil ilmu forecasting diberikan pertanyaan oleh Anis Matta: “Kira-kira, jika Erdogan dikudeta oleh militer hari ini, apakah kudeta tersebut akan berhasil?”. Kami semua menjawab: Ya, kemungkinan berhasil! mengingat sejarah kudeta militer di Turki yang tidak pernah gagal. Tapi beliau justru menjawab berbeda: Kemungkinan tidak! Lalu beliau menjelaskan bagaimana Erdogan membangun struktur elit baru Turki sejak berkuasa tahun 2003. Struktur elit baru tersebut membuat kudeta militer kemungkinan gagal. Dan, memang terbukti gagal…
Pada kelas tersebut Anis Matta juga menguji kami dengan prediksi pemenang Pilpres AS kala itu: Trump vs Hillary Clinton. Berdasarkan informasi umum yang ada di media dan hasil-hasil survey, menurut kami Hillary yang akan menang. Tapi menurut beliau, kemungkinan Donald Trump. Lalu beliau menjelaskan tentang perubahan struktur sosial masyarakat AS sebagai dampak kapitalisme global yang membuat kelas menengahnya mengalami shrinking, dan melahirkn populisme AS. Dan, sekali lagi forecast itu benar.
Dulu sedikit yang percaya bahwa krisis Crimea bakal membesar menjadi cikal bakal Perang Dunia ke-3, tapi Anis Matta sudah memperingatkan hal tersebut kepada kami waktu itu. Sebagaimana sekarang masih jarang yang gelisah dengan krisis laut cina selatan, tapi beliau sudah mewanti-wanti bahwa ini bisa menjadi sumber konflik besar di kawasan indo-pasifik.
Dan baru beberapa bulan yang lalu beliau menyampaikan bahwa krisis saat ini akan menjadi krisis berdurasi panjang yang menggabungkan semua bentuk krisis secara bersamaan, termasuk varian virus-virus baru pasca Covid-19. Hari ini, kita kembali waspada oleh jenis penyakit baru yang menyerang anak-anak, hepatitis.
Anis Matta, tetap saja manusia biasa. Forecastingnya punya peluang besar untuk salah. Forecasting ini hanyalah sebuah pendekatan saintifik yang dibingkai dengan pendekatan baru dalam memahami pesan-pesan Al-Qur’an. Dan ini yang membuat forecasting beliau tidak pernah melampaui takdir Allah SWT tentang masa depan. Tapi bagi saya, beliau adalah salah satu guru terbaik dalam forecasting di Indonesia saat ini…
Wallahu a’lam…
(Irwan, ST – Bidang Pengembangan Narasi DPN Partai Gelora Indonesia)
Sebenarnya saya ingin menulis surat terbuka kepada para pemimpin negeri ini khususnya kepada para pemimpin lembaga2 tinggi negara; presiden @jokowi dan jajaran eksekutif, ketua @DPR_RI dan jajaran legislatif serta ketua MK @officialMKRI jajaran yudikatif.
Sebuah pesan penting harus kita sampaikan kepada elit kita sekarang juga sebelum terlambat. Saya bingung karena terlalu banyak judul yg ingin saya Tuliskan, Karena terlalu banyak yang ingin saya katakan, menjadi terlalu banyak hestek yang ingin saya Tuliskan: #Selamatkan2024.
Saya tulis #Selamatkan2024 sebagai titik tolak, Karena banyak hal yg harus kita jernihkan dari begitu banyak hal prinsipil dlm sistem politik dan ketatanegaraan kita, yg kekeliruan dan kesalahan di dalamnya telah melahirkan efek buruk berantai dlm penyelenggaraan pemerintahan.
Kesalahan dan kekeliruan tersebut tampak dilakukan pembiaran tanpa ada upaya memikirkan ulang secara filosofis dan mendalam untuk dijernihkan. Atau jika itu bukan merupakan pembenaran, maka Mungkin kita bisa katakan semacam kekeliruan umum.
Seperti jika di sebuah negara ada yang disebut dengan common good atau kebaikan umum maka ada juga keburukan umum seperti yang kita hadapi sekarang. Salah satu bukti keburukannya adalah karena kita sudah tidak sadar bahwa itu salah dan buruk.
Dan Tiba tiba saya menghendaki dan menginginkan dengan sangat bahwa sebaiknya presiden, ketua DPR dan ketua MK-lah yang harus menjernihkan masalah ini. Atau jika tidak bisa kepada orang lain maka 1 orang presiden @jokowi dan wakilnya @Kiyai_MarufAmin bisa mewakilinya.
Harapan kepada pak @Jokowi begitu tinggi karena beliau juga lah yg harus diselamatkan dari akhir yg kurang baik akibat anomali politik yg sumbernya sangat fundamental, yaitu terkait terciptanya ruang transaksi gelap dlm mendapatkan mandat kekuasaan yg berasal dari suara rakyat.
Ini tentang pemilu, sebagai titik berangkat yang saya maksud. Saya merasa bahwa jika pemerintah tidak bisa memperbaiki keseluruhan kualitas demokrasi dan sistem politik kita, maka paling tidak kita berharap pemerintah bisa berkontribusi dalam memperbaiki sistem Pemilu kita.
Pemilu adalah asal muasal legitimasi dan legalitas kekuasaan dari seluruh penyelenggaraan pemerintahan di semua sektor kehidupan. Tanpa pemilu tidak ada hak sekelompok orang mendapatkan kekuasaan untuk mengatur kehidupan orang lain. Pemilu adalah awal kita #Selamatkan2024.
Maka yang bisa kita perbaiki sekarang adalah kesalahan fatal yang menggabungkan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, di mana syarat pencalonan presiden datang dari mandat suara rakyat yang berasal dari Pemilu 5 tahun sebelumnya. Coba kita renungkan dalam sampai di sini.
Pasal 2 UUD 1945 “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Maka, suara rakyatlah sumber kekuasaan dlm negara demokrasi, yg suara rakyat itu harus terus diminta melalui pemilu atau rakyat harus terus memberikan mandat kuasanya terbatas dlm 5 thn sekali.
Dengan diselenggarakannya pemilu legislatif dan pilpres secara serentak di waktu yang sama di satu sisi, dan di sisi yang lain syarat Capres/Cawapres dlm Pilres harus mendapatkan mandat 20% dari suara sah pemilu, akhirnya, tiket justru diambil dari suara rakyat yang berbeda.
Coba Kita Renungkan sekali lagi, “maka tiket Pilpres harus diambil dari suara rakyat yang sudah kadaluarsa karena telah diberikan untuk penyeleggaraan pemerintah pada pemilu 5 tahun sebelumnya, dgn jumlah rakyat yang berbeda, aspirasi yang berbeda dan suasana yang berbeda” .
Pemilu bukan basa-basi. Tapi Anggaplah ini sebuah pesta demokrasi yg di dalamnya anda bayar untuk nonton konser. Bagaimana jadinya Jika ternyata yg main dlm konser itu telah ditetapkan oleh orang yg anda tidak ketahui siapa dari masa lalu padahal anda mau nonton penyanyi idola.
Ini bukan konser, ini suara rakyat yg harus jelas. Jika syarat treshold Pilpres tetap dipertahankan (20%) maka Pileg dan Pilpres wajib berasal dari mandat suara rakyat yg sama pada pemilu yg sama. Tapi jika treshold ditiadakan maka pileg dan Pilpres dapat dilakukan bersamaan.
Inilah yang saya sebut sebagai kesalahan yang telah bertumpuk-tumpuk karena motif kita melakukan perubahan UU tidak bersumber dari nilai-nilai dan falsafah yang tercantum di dalam konstitusi kita tapi oleh kepentingan sesaat untuk kepentingan kelompok bahkan sangat partisan.
Karena itu saya mengusulkan kita menatap ke depan, bahwa jelas hal tersebut adalah sebuah kesalahan. Tidak akan bisa dibenarkan sampai kapanpun suara rakyat yang telah kedaluwarsa dipakai kembali untuk satu kegiatan yang maha penting (Pilpres). Ini bukan arisan keluarga!
Mandat pencalonan dua orang pemimpin tertinggi di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini diambil dari suara rakyat yang sudah expired. Betapa rapuhnya, tidak hanya legitimasi tapi juga legalitas kepemimpinan 2 orang yang paling istimewa di Republik ini. Cukuplah!
Tidak akan kita temukan di belahan dunia manapun dari bangsa bangsa yang konyol sekalipun penggunaan suara lama untuk memilih pemimpin baru. Kalau kita mengetik kata “presidensial threshold” di YouTube atau Google maka yg temukan hanya ada artikel tentang pemilu Indonesia.
Rupanya di negara lain istilah “presidential threshold” itu artinya angka batas kemenangan bukan batas syarat pencalonan.Sungguh aneh, tapi sekali lagi sebaiknya kita menatap ke depan, kita harus perbaiki kualitas dan prosedural demokrasi kita demi legalitas dan legitimasinya.
Pak @Jokow yth, ini waktu yang baik bagi kita semua untuk memperbaiki keadaan dan dimulai dengan memisahkan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, karena apabila regulasi tetap menghendaki adanya tiket Pilpres (PT20%), maka tiket itu harus didapatkan terlebih dahulu.
Dan tiket itu haruslah bersih, didapatkan dari rakyat dengan janji-janji yang terintegrasi antara calon dan aspirasinya Pada kurun waktu yang aktual sesuai dengan sifat dari aspirasi dari rakyat oleh partai politik yang akan ikut kompetisi dalam priode pemilu yang sama.
Hanya dengan cara itu politik kita menjadi Rasional dan masuk akal kembali . Politik harus bisa dijelaskan kepada rakyat di halaman depan ruang publik yang terang benderang tanpa misteri dan hal hal yang tidak masuk akal seperti sekarang ini .
Hanya dengan cara itu konsitusi modern kita dapat ditafsirkan secara terang benderang tanpa multi interpretasi. Bahwa Konsitusi menghendaki penggunaan akal sehat dan nalar yang lurus dalam proses kita menyelenggarakan negara dari a sampai z penyelenggaraan negara tersebut.
Sekali lagi, Bahwa karena pemilihan presiden mensyaratkan adanya tiket dengan persentase tertentu dari suara sah pemilu, maka tiket harus didapatkan terlebih dahulu dalam satu perlombaan perebutan suara rakyat di level legislatif.Silakan perkenalkan calon legislator anda!
Sekali lagi, hanya dengan cara itu Pemilu akan secara aktual berorientasi ke depan selain akan menjadi rasional dan masuk akal. Jika tidak maka Pemilu hanyalah sebuah misteri khususnya pemilihan presiden yg kita tidak tahu ujung pangkalnya tiba2 kita sudah berada di kotak suara.
Pemilu itu adalah sebuah pesta demokrasi yang tidak saja menyenangkan tetapi juga memberikan harapan kebahagiaan dan optimisme masa depan. itu sebabnya penyelenggaraan pemilu harus didisain untuk memenuhi tujuan dari kedaulatan rakyat itu sendiri.
Kalau kita sedang menyelenggarakan pemilihan anggota cabang kekuasaan lembaga perwakilan, ke depan kita harus mengatur bahwa biarlah anggota legislatif yang dipilih terlebih dahulu (DPR, DPD, DPRD) baru kita memilih Presiden dan pemerintahan eksekutif daerah melalui Pilkada.
Tetapi apabila kita hendak memilih dengan pertimbangan wilayahan pusat terlebih dahulu baru daerah, maka sebaiknya kita memilih semua otoritas pusat (DPR, DPD DAN PRESIDEN) tanpa persyaratan yang ANEH-ANEH, yang menyisakan RUANG gelap yg penuh misteri.
Hanya dengan cara itu semua agenda pemerintahan dapat dikedepankan tanpa hutang piutang masa lalu. Adalah praktek yang berbahaya dalam penyelenggaraan pemerintahan menggunakan sumber keuasaan dari suara rakyat yang sudah laku terjual kepada segelintir tangan dan kuasa harta.
Sungguh mencurigakan, bahwa orang orang kaya mulai bergentayangan baik sebagai kandidat yang telah membeli tiket dari belakang layar maupun sebagai tukang bayar yang telah menggelontorkan uang di dapur dapur partai politik secara diam2.
Padahal sekali lagi, kita tidak mau ada ruang gelap dalam demokrasi kita. Demokrasi dan Pemilu sebagai bagian terpenting didalamnya haruslah sepenuhnya dikelola di ruang terbuka yang kasat mata. Membiarkan beredarnya tiket palsu dalam pesta demokrasi adalah bahaya luar biasa!
Jika ide ini diterima maka tidak ada lagi menteri yang sibuk kasak kusuk kesana kemari meninggalkan tugas, merayu ormas dan partai politik, menghabiskan uang dan fasilitas negara untuk curi start kampanye pemilihan presiden tanpa malu dan tanpa merasa punya konflik kepentingan.
Saya berani menyimpulkan secara tegas bahwa runtuhnya elektabilitas presiden @Jokowi belakangan ini adalah ulah dari partai dan anggota kabinet yang tidak fokus lagi bekerja untuk rakyat. Perhatian mereka sudah tertuju kepada kursi presiden yang memang lebih penting!
Kursi presiden memang jauh lebih penting bahkan bagi partai politik karena memang kursi legislatif sering hanya menjadi embel2 belaka. Presiden memang terlalu kuat dan penting apalagi saat DPR dikendalikan Dari belakang oleh para pejabat partai politik..
Semua orang juga tergoda dengan jabatan presiden yang begitu penting itu. termasuk kepala daerah yang akhirnya dikritik sendiri oleh partai politik yg sama. Pada Jika proposal ini diterima maka tidak akan ada lagi kepala daerah yang merasa salah tingkah oleh lembaga survei.
Jika proposal ini diterima maka kabinet akan fokus bekerja untuk keselamatan rakyat dan bangsa Indonesia menghadapi tantangan global dalam krisis besar, sehingga seluruh sumber dan upaya akan digunakan untuk sepenuhnhya mensukseskan tugas sebagai pembantu presiden.
Jika proposal ini diterima maka kita semua sebagai bangsa hanya akan menyaksikan partai politik melalui para calon legislatifnya menawarkan ide dan pikiran besar tanpa mengganggu jalannya pemerintahan karena mereka mengincar kursi yang berbeda yaitu.
Dengan cara inilah seluruh partai politik yang lama ataupun yang baru harus bekerja mencari mandat baru. Tidak boleh jualan tiket lama untuk calon presiden yg pasti adalah orang yang banyak uangnya atau orang yang dibayar oleh kelompok yang banyak uangnya.
Kita harus menghentikan seluruh kelakuan ganjil partai politik yang merasa superior karena sudah memegang tiket palsu dan basi yang dijajakan kepada para calon presiden untuk mengumpulkan dana bagi penyelenggaraan legislatif Pemilu yg mereka anggap tak begitu penting.
Mereka seolah sudah puas dgn transaksi dengan para calon presiden yang akan datang. Mereka telah menipu rakyat Indonesia karena mereka sebenarnya tidak fokus untuk menyiapkan kader mereka menuju Pilpres akibat kader tidak punya uang untuk membeli tiket yg harganya sangat mahal.
Sementara itu para capres, orang orang kaya, para pejabat dan kepala daerah dengan posisi tawarnya dalam penyelenggaraan negara menggunakan sumber dayanya untuk membeli tiket dari para ketua partai. Mereka sibuk berdandan untuk sebuah pesta yang dihadiri oleh orang2 kaya.
Parpol tidak punya kepentingan jangka panjang untuk membangun partai dan memperjuangkan partai dan kadernya menjadi pemimpin bangsa. Karena bagi mereka yang penting adalah bisa menjual tiket lebih awal dan meraup uang milyaran rupiah dari transaksi haram di belakang layar itu.
Kepalsuan ini harus dihentikan, partai politik yg menjadi joki orang2 kaya dan antek2 oligarki harus distop. Partai politik harus mencalonkan kader kader terbaik mereka di awal dan dari situlah kita akan menemukan pertarungan pikiran dan ide2 besar dari kader2 partai politik.
Sehingga kontestasi pemilihan pemimpin tertinggi di republik bukan sekedar basa basi cerdas cermat, oleh calon presiden dan wakil presiden setingan dan pura2, karena memang sesungguhnya mereka tidak memperjuangkan apapun kecuali sebagai suruhan orang2 di belakang layar.� Ini harus dihentikan dan partai politik harus mengambil kembali kedaulatan dan kewibawaan yang diharapkan oleh rakyat dari keberadaan sebuah alat perjuangan yang bernama Partai politik agar mereka menyumbangkan pikiran pikiran terbaik melalui kader terbaik yang mereka ciptakan.
Kembali ke ide dasar dari proposal ini bahwa sekali lagi ini tentang legitimasi dan legalitas kepemimpinan nasional yang hal tersebut sangat fundamental dalam demokrasi, bahwa mandat menjadi calon pemimpin nasional haruslah datang dari suara rakyat yang aktual dan nyata.
Demokrasi mendasarkan diri pada mandat suara rakyat yang mandat suara rakyat itu harus diminta kembali setial Pemilu. Tentang mandat daulat suara rakyat sebagai sumber kekuasaan dalam demokrasi inilah yang membuat tak mungkin menggunakan mandat yang sudah expired.
Dalam sistem parlementer, bahkan keabsahan sebuah pemerintahan sering ditantang di tengah jalan sehingga sering sekali Seorang perdana menteri terpaksa atau tidak menyelenggarakan kembali Pemilu atau Pemilu ulang untuk membuktikan bahwa mereka masih didukung oleh rakyat.
Dalam tradisi presidensil seperti kita, kita tidak harus melaksanakan Pemilu ulang untuk membuktikan legitimasi karena pada dasarnya kekuatan oposisi berada di luar pemerintahan. Sehingga praktek jual beli tiket kedaluwarsa inilah yang merusak sistem presidensialisme kita.
Memang keberadaan tiket kedaluwarsa ini sangat mengganggu secara filosofis dan membuat kita jadi konyol secara kolektif. Bagaimana bisa konsep yang begitu dangkal bisa hadir dan bahkan menjadi kebenaran yang diterima secara luas bahkan diperjuangkan oleh semua partai politik.
Memang, bertahun tahun belakangan ini kita tidak pernah lagi menyentuh perdebatan filosofis tentang demokrasi kita termasuk filsafat pemilihan umum, hak suara, konsep kedaulatan rakyat dan bagaimana ia digunakan.
Terlalu banyak yang kita bicarakan adalah semacam jalan pintas dan menghalalkan segala cara, seolah olah prosedur dalam demokrasi tanpa makna dan tanpa nilai nilai Yang luhur di dalamnya.
Sehingga dengan kasar dan kasat mata para politisi mengatur agar suara rakyat yang telah diberikan dan telah habis masa legitimasinya justru menjadi barang dagangan utama menghadapi pemilihan presiden 2024.
Sungguh sebuah Pengkhianatan yang sangat kasar kepada demokrasi kita dan kepada kedaulatan rakyat. Sebuah pencurian dan perampokan besar besaran yang dilakukan secara bersekongkol agar mereka semua mengantongi barang berharga yang bernama tiket Pilpres 2024.
Dan tiket itu sekarang telah masuk ke dalam bursa perdagangan di pasar pasar gelap kekuasaan bawah tanah dan bawah meja. Mereka sedang melakukan tawar menawar atas sebuah barang yang paling berharga melebihi harga intan permata.
Mari kita hentikan semua kegilaan ini, mari kita akhiri semua perbuatan jahat ini yang telah membuat politik kita memfasilitasi tindak pidana. Orang orang yang menjadi pemimpin pada dasarnya adalah mereka yang telah dipaksa oleh segelintir orang untuk berada di dlm kertas suara.
Dan kehadiran mereka di dalam kertas suara itu tidaklah melalui prosedur yang bertanggung jawab melainkan percakapan terbatas. Kehadiran para pemimpin kita ini tidak pernah dikonsultasikan pd rakyat bahkan nama mereka tidak pernah didengar sebelumnya tiba2 sudah memimpin kita!
Jika kita gagal menghentikan tindakan yang tidak waras ini, sekali lagi maka dapat diduga bahwa tidak saja paska Pemilu 2024 bahkan sebelumnya demokrasi kita telah dan tak akan lagi dihargai oleh rakyat kita sendiri, demokrasi kita akan ditinggalkan pergi.’’
Maka tak akan ada lagi yang luhur tentang pemimpin karena semuanya adalah hasil perdagangan sapi. Semua partai politik ikut berdosa karena telah menjadi jalur perdagangan tiket palsu. Tindakan ini harus dilawan sekuat tenaga karena ini adalah hidup atau matinya demokrasi kita!.
Saya mengajak semua yang masih waras dan punya niat baik untuk melihat bahwa pemilihan pemimpin adalah peristiwa yang paling Syahdu dan paling suci sehingga dasarnya mestilah sesuatu yang agung dan tinggi sesuatu yang luhur dan membuat tenang akal budi.
Kalau kita sebagai bangsa memperjuangkan agar akal pikiran, reputasi, kehormatan, harga diri, keilmuan dan kecakapan menjadi dasar pemilihan pemimpin maka kita akan menyaksikan pemimpin yang menghadirkan reputasi dan kehormatannya, ilmu dan pengetahuannya di ruang publik kita.
Tapi apabila kita sebagai bangsa berkomplot menggunakan uang dlm memilih pemimpin dan melakukan transaksi material; jabatan dan peluang, proyek dan bisnis. maka ke depan kita akan menyaksikan pemimpin yg berdagang dgn rakyatnya, mengumpulkan uang dari jabatan dan pangkat mereka.
Memurnikan kembali proses politik pemilihan umum bukanlah urusannya KPU semata tapi urusan semua pihak dan yang terpenting adalah mereka yang masih punya pikiran dan akal sehat serta Nurani dan harga diri. Bangsa kita memanggil kita ke mbali! #Selamatkan2024
Lebih kurang 700 tahun, Persia bertempur dengan Romawi. Tenggelam dalam kecamuk perang lebih dari 1000 kali pertempuran. Sama-sama kuat. Sama-sama kokoh.
Namun tak lama kemudian, Khalid Bin Walid datang, dengan pasukan alakadarnya, tanpa alutsista modern atau backup dana berlimpah. Khalid mampu menghempaskan keduanya hanya dalam jangka waktu 4 tahun saja.
Tak tanggung, Khalid dengan modal keimanan kepada Allah, sukses menumbangkan Persia dalam 15 kali pertempuran. Adapun Romawi, lebih singkat lagi, hanya 9 kali pertempuran.
Kaget dengan kekalahan mengejutkan, dari pasukan Muslim yang dipandang sebelah mata, Persia dan Romawi melakukan koalisi. Bersatulah dua kekuatan, 200.000 pasukan ves 15.000 pasukan Khalid. Siapa pemenangnya? Pasukan Muslim yang dikomando Khalid bin Walid.
Pada Perang Gaza 2014, mentalitas komando sekelas Khalid muncul. Diotaki sosok genius, Muhammad Adh-Dhaif. Drone sederhana, rudal, terowongan canggih, membuat Israel menekan Mesir untuk gencatan senjata. Israel dipermalukan. Namun ia segera bangkit, menekan titik lemah perlawanan Palestina: Mahmud Abbas dan sekuelnya dari Mesir/Jordania.
Komandan dan tongkat komando, adalah kunci stabilitas, durabilitas, efektivitas, dan kualitas sebuah perjuangan. Komandan tidak boleh sekedar sholeh, tapi harus shalahiyyah (relevanitas). Lalu apa jadinya jika komando dikendalikan sosok yang tidak sholeh dan tidak shalahiyyah?
Mengagungkan kepiawaian Khalid dalam memimpin pasukan, membaca strategi musuh, lalu menemukan racikan jitu mengalahkan lawan, adalah di antara skill dasar seorang komandan.
Khalid tentu tidak menggunakan cara, logika, bahkan nalar berpikir komandan Persia atau Romawi. Tapi Khalid meracik resep kemenangan berdasarkan pengalaman di lapangan: pun ketika sukses menghempaskan pasukan Muslim di Perang Uhud.
Jadi, kapan dan dimana, otak brilian Khalid itu didalami? Kapan dan mau diperlakukan seperti apa, jika ditemukan insan-insan cerdik pandai seperti Khalid? Jawabannya bisa terlihat dari penerjemahan peta jalan. Plus pemberdayaan SDM di lapangan.
Jika orang-orang dengan skill seperti Khalid diparkirkan, maka jangan berharap menang, kecuali menangis menjadi harapan.
Salah satu nikmat terbesar setiap tahun yang Allah berikan kepada kita selain kesehatan adalah.
Kita dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan yang agung.
Ramadhan adalah kebanggaan kita semua, bulan yang selalu ditunggu dengan penuh sukacita.
Selamat menyambut tamu agung teman teman semua. Semoga kita selalu dalam keadaan sehat walafiyat, sehingga nanti kita bisa menjalani ramadhan satu bulan penuh dengan khusyu’ dan penuh khidmat. ??
Jika pergantian waktu hanya tentang angka-angka, ia bisa tak bermakna apa-apa kecuali sebatas angka angka. Sehingga kita terjebak pada rutinitas harian, pekanan, bulanan, hingga tahunan yang bisa jadi stagnan dan membosankan.
Padahal waktu adalah kesempatan, peluang, untuk menjadikannya sebaik yang kita angankan dan harapkan. Berarti waktu identik dengan perubahan, change.
Rasulullah SAW pun mengingatkan kita akan urgensi perubahan. Akan sia-sialah usia di saat hari ini tidak lebih baik dari kemarin, dan hari depan tidak lebih baik dari hari ini. Maka perubahan adalah sunnatullah, kemestian setiap usia yg masih menyisa amanah.
Perubahan identik dengan adaptasi dan menyiapkan antisipasi atas arus disrupsi yang rumit diprediksi. Riaknya bisa menjadi gelombang, yang terkadang mengagetkan sekaligus membuat kita tak cakap mengemudikan layar. Dan kita pun terkadang jatuh atau bahkan cukup menikmati kenyamanan yang notabene lawan dari perubahan.
Maka, masa lalu adalah tentang mengambil pengalaman. Pengalaman, mengajarkan tentang bahwa kelam adalah hal yang tak perlu diratapi, dan kecemerlangan adalah tangga yang mengajarkan giat meraih buah kepositifan untuk menjemput sukses dan lebih baik.
Pengalaman, sejatinya akumulasi dari pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), karakter dan perilaku, serta bentukan sosial dimana kita menjadi bagian darinya.
Ciptakan dan lukislah pengalaman yang membahagiakan, dan jadikan ia memori indah hingga kita tetap bisa memiliki alasan untuk tetap tersenyum, seberapapun kerumitan menyertainya.
Suatu ketika, Harvey Mackay sedang menunggu antrian taksi di sebuah bandara. Kemudian, sebuah taksi mengkilap muncul dan mendekatinya.
Sang supir taksi pun keluar dengan berpakaian rapi, dan segera membukakan pintu penumpang.
Sang supir kemudian memberi Harvey sebuah kartu dan berkata, “Nama saya Wally.
Sementara saya memasukkan barang bawaan ke bagasi, silakan membaca pernyataan misi saya.
Harvey kemudian membaca kartu tersebut, yang tertulis “Misi Wally: Mengantar pelanggan ke tempat tujuan dengan cara tercepat, teraman, dan termurah dalam lingkungan yang bersahabat.”
Harvey sangatlah terkejut, terutama setelah ia melihat bagian dalam taksi yang sangat bersih.
Di belakang kemudi, Wally berkata:
“Apakah Anda ingin kopi? Saya punya yang biasa dan tanpa kafein.”
Harvey pun berkata “Tidak, saya ingin minuman ringan saja.”
dan ternyata, Wally menjawab, “Tak masalah, saya punya pendingin dengan Coke biasa dan Diet Coke, air, serta jus jeruk.”
Dengan terkagum-kagum, Harvey berkata “Saya mau Diet Coke saja.”
Setelah memberikan Diet Coke, Wally pun kembali menawarkan
“Jika Anda ingin membaca, saya punya The Wall Street Journal, Time, Sports Illustrated dan USA Today.”
Ketika taksi mulai berjalan, Wally kembali menawarkan radio mana yang ingin didengar oleh Harvey.
Tapi ternyata masih ada lagi; Wally menanyakan apakah AC nya sudah pas dengan pelanggannya tersebut. Selama perjalanan, Harvey pun penasaran.
“Apakah kau selalu melayani pelanggan seperti ini, Wally?” Tanya Harvey.
Wally kelihatan tersenyum dari kaca taksinya.
“Tidak selalu, malah baru di dua tahun terakhir. Di tahun pertama, saya banyak mengeluh seperti kebanyakan supir taksi. Kemudian saya mendengar Wayne Dyer di radio yang mengatakan bahwa ia baru saja menulis buku berjudul ‘You’ll See It When You Believe It’.
Ia mengatakan bahwa jika Anda bangun dan mengharap hal buruk terjadi, maka itu hampir pasti terjadi. Ia berkata, ‘Berhenti mengeluh! Berbedalah dari pesaing Anda.
Jangan menjadi bebek. Jadilah elang…
Bebek menguik dan mengeluh. Elang membumbung tinggi di angkasa.
Hal ini menohok saya. Ia sedang membicarakan saya, jadi saya mengubah sikap dan memilih untuk menjadi elang. Saya melihat supir taksi lain, dan saya melihat bahwa mobil mereka kotor, mereka tidak ramah, dan pelanggan mereka tidak senang. Jadi saya memutuskan untuk membuat perubahan sedikit demi sedikit. Ketika pelanggan suka, saya meningkatkannya.”
“Pasti kau sudah merasakan manfaatnya”, kata Harvey. “Tentu saja,” Jawab Wally. “Di tahun pertama saya sebagai elang, penghasilan saya naik dua kali lipat. Tahun ini mungkin menjadi empat kali lipat. Anda beruntung bisa mendapatkan saya hari ini. Saya tak menunggu di pangkalan lagi. Pelanggan saya menelpon saya atau meninggalkan pesan di mesin penjawab. Jika saya tak bisa menjemput mereka sendiri, saya meminta bantuan teman saya.”
Cerita Wally memang sangat inspiratif. Ia memberi layanan sebuah limo dari sebuah taksi, melipatgandakan penghasilan, karena ia memilih untuk menjadi elang dan bukannya bebek yang mengeluh.
Partai Gelora bertekad menjadi elang, menjadi trend setter dan model partai dengan kekuatan enovasi dan tidak mau memilih menjadi bebek yang membebek paste copy program partai lain.
Partai Gelora akan menjadi magnet bagi rakyat Indonesia, dengan Beberapa syarat utama:
Bekerja sesuai dengan narasi politik yang telah digariskan, dan tidak mencampur adukkan narasi demokrasi dengan narasi pribadi.
Konsisten dalam menarasikan ide ide besar pembangunan bangsa dan negara, dan tidak terjebak pada sikap berlebihan dalam menyikapi suatu isu atau masalah.
Menetapkan target kerja yang realistis, terukur, dan dengan langkah langkah yang ril. Dari hal kecil merambah ke tangga yang lebih besar.
Membuang sikap berlebihan dalam menyikapi isu isu bangsa dan negara. Dengan mengacu kepada sistem demokrasi yang berlaku di negara ini tanpa memasukkan ide ide yang tidak ada kaitannya dengan ide pembangunan bangsa.
Melakukan rekrutmen secara masif dengan pendekatan yang profesional. Merekrut semua golongan dan semua lapisan masyarakat, namun tetap memberikan perhatian khusus kepada kalangan menengah atas sebagai segmen prioritas yang harus di rekrut.
Melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan cara cara elegan berbasis narasi politik yang bagus dan literasi yang cakap.
Menyadari bahwa partai Gelora sebagai partai baru yang masih memiliki berbagai kekurangan di berbagai sisi, oleh sebab itu perlu kerendahan hati menerima semua kritik, masukan, sinisitas, bahkan caci maki dari rakyat.
Terus menjelaskan visi misi dan narasi partai kepada semua golongan dan segmen pemilih. Dengan konsisten membawa narasi baru dan membuang total sikap sikap lama yang tidak relevan.
Semua stakeholder partai harus tampil sebagai narator, inspirator, komunikator, katalisator, desainer, dan menjadi duta duta narasi politik partai di semua lapisan kader dan struktur ke tengah tengah masyarakat.
Tidak terlibat debat kusir, apalagi melakukan debat dengan pihak pihak lain sesama entitas politik, terutama dengan pihak pihak hater dari kalangan mantan bagi kader yang berasal dari partai lamanya gelora.
Tidak baper atas semua kritik bahkan cacian dari pihak pihak lain. Sejatinya semua masukan itu hanya perlu dijawab dengan cerdas memakai rumus rumus demokrasi bukan dengan motivasi berdebat dan membela diri berlebihan.
Tokoh tokoh utama partai baik dari pusat maupun daerah terus menerus menjaga semangat kepedulian terhadap nasib dan kondisi rakyat, terutama dimasa pandemi begini dimana nasib rakyat sedang sangat memprihatikan.
Pandanglah semua rakyat dengan kacamata yang sama. Bahwa semua rakyat pada dasarnya membutuhkan pencerahan, pemahaman, pendalaman, dan pendampingan. Sehingga suatu saat mereka akan bergabung dengan sendirinya dengan partai ini.
Jangan habiskan energi untuk meladeni semua hal dan semua orang. Pilah pilih mana isu yang strategis untuk dikomentari, siapa yang harus dijawab, dan mana yang tidak perlu. Selama tidak ada kaitannya dengan substansi menyehatkan demokrasi, maka sejatinya semua kegaduhan itu tidak penting untuk diladeni.
Terus berkolaborasi dengan semua pihak tanpa terkecuali. Terus tingkatkan kapasitas diri, kapabilitas, sampai isi tas. Ingat, pemimpin harus memiliki banyak kelebihan. baik ilmu, semangat, harta, kemampuan analisa yang cakap dst dst. Karena tanpa itu semua, kita belum layak memimpin orang lain apalagi memimpin negara menuju 5besar dunia.
Tengku Zulkifli Usman✓
Posted on
Partai Politik adalah rumah gagasan, rumah ide, dan rumah percetakan pemimpin pemimpin baru bagi bangsa Indonesia.
Partai Politik tidak boleh dijadikan sebagai pabrik ritel tempat mengumpulkan kekayaan pribadi, golongan,dan semata demi kepentingan kelompok.
Partai Politik adalah dapur narasi bangsa dimana semua platform terbaik dalam berpolitik di praktekkan.
Partai tidak boleh menjadi properti pribadi, properti ketua umum, properti ketua wilayah dst. Partai adalah properti yang kokoh yang dibangun untuk mengokohkan visi misi bangsa.
Kader partai tidak boleh dikekang oleh ketua umum, atau disetir oleh pejabat partai sehingga dia menjadi kaku, tidak produktif, dan menjadi kader asal bapak senang.
Partai Politik yang sehat akan menegakkan sistem kepartaian dengan misi utama menyehatkan demokrasi. Bukan melanggengkan oligarki.
Kader partai tidak boleh menjadi petugas partai secara an sich dan melupakan fungsinya sebagai insan politik yang punya misi peradaban.
Kader partai tidak boleh di doktrin diluar rumus rumus demokrasi yang sehat. Partai tidak boleh menyetir kadernya menjadi bebek bebek yang mematikan akal lalu berjalan dalam gelap.
Partai adalah wadah untuk memurnikan cita cita bangsa yang besar dan tempat dimana track haluan berbangsa diluruskan kembali.
Partai yang sehat akan memberikan kebebasan kepada semua kader untuk berpikir bebas dan merdeka dalam visi misi menyehatkan demokrasi.
Partai adalah rumah dimana kebebasan berpikir, berpendapat, dan menyampaikan gagasan gagasan besar diberikan selebar lebarnya agar Kader menjadi cerdas, kritis, produktif, dan menjadi insan politik yang profesional.
Semua partai yang didirikan diluar pakem pakem diatas lalu membatasi kader untuk berkarya, berpikir, menganalisa, berpendapat, dan berijtihad. Adalah partai buruk dan partai Abal Abal.
Partai yang didirikan untuk melanggengkan oligarki, mengajak kepada kejumudan berpikir dan terbiasa menerima arahan atasan satu arah adalah partai feodal, tidak demokratis, dan tidak punya ruh.
Partai yang gemar menegur kadernya hanya karena kadernya kritis mengoreksi kekuasaan yang tidak melaksanakan konstitusi negara. Adalah partai yang telah berbohong soal demokrasi.
Partai yang sehat adalah harapan masa depan bangsa yang sehat. Sedangkan partai yang buruk adalah rumah rapuh yang hanya nyaman ditempati oleh kalangan elit tertentu yang terus mengambil keuntungan pribadi, dan disaat yang sama mereka melecehkan para follower nya.
Saudara-saudaraku semuanya, Pada siang hari ini kita semuanya hadir di makam bung Tomo, untuk mendoakan beliau dan rekan-rekannya para pahlawan. Ada tiga makna yang menghadirkan kita ke sini, dan tiga makna ini yang ingin saya tegaskan pada momentum peringatan hari pahlawan 10 November ini :
Makna yang pertama adalah makna kesetiaan kepada bangsa dan tanah air.
Mereka semuanya para pahlawan yang terbaring di pemakaman ini adalah orang-orang yang telah membayar ongkos kemerdekaan yang kita nikmati hari ini dengan jiwa dan raga kita. Seandainya Indonesia adalah pohon, pohon ini tumbuh subur karena disirami dengan darah mereka, sendainya Indonesia adalah bangunan, bangunan ini menjadi kokoh karena dibuat dari tulang belulang mereka.
Itu sebabnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengingatkan kita akan makna kesetiaan, dan lawan dari kesetiaan adalah pengkhianatan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakan : يا أيها الذين آمنوا لا تخونوا الله والرسول وتخونوا أمناتكم وأنتم تعلمون (Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengkhianati Allah dan RasulNYa dan menghianati amanah kalian sedangkan kalian mengetahuinya).
Para pendiri bangsa, para pahlawan yang telah mengantarkan kita menuju kemerdekaan ini mewariskan satu amanah kepada kita semuanya. Dulu mereka sudah merebutnya dan sudah mempertahankannya. Sekarang waktunya kita membesarkan apa yang telah mereka wariskan kepada kita.
Itulah sebabnya mengapa partai Gelora mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk membuat satu cita-cita nasional baru, membawa Indonesia menjadi lima besar dunia, Karena itu adalah cara kita mewarisi dan melaksanakan amanah perjuangan yang telah mereka wariskan kepada kita semuanya, dan itulah makna amanah yang termaktub dalam konstitusi kita, bahwa kita harus membawa Indonesia untuk ikut serta melakukan penertiban dunia, itu maknanya.
Jadi jangan kita pernah mengkhianati amanat para pahlawan dan para pendiri bangsa, apalagi di tengah situasi konflik geopolitik sekarang ini, dimana kita mudah terbawa ke dalam harus kekuatan salah satu kekuatan dunia.
Jadi penting pada pagi hari ini menegaskan makna kesetiaan kepada tanah tumpah darah kita, kepada bangsa kita, dan kesetiaan kita untuk terus membawa amanat perjuangan para pendiri bangsa dan pahlawan kita. Jangan pernah mengkhianati amanah dan perjuangan.
Makna yang kedua adalah bahwa kepahlawanan itu ini adalah sikap, adalah karakter. Tidak semua yang pergi berjuang bersama bung Tomo pada 10 November itu syahid pada waktu itu, termasuk bung Tomo sendiri, tidak syahid pada 10 November itu tahun 45. Tapi bung Tomo adalah perwakilan dari seluruh generasinya, dari seluruh orang yang berjuang bersama Beliau, untuk menegaskan satu makna, bahwa kemerdekaan itu tidak diberikan sebagai hadiah, melainkan direbut dan dipertahankan.
Ada jauh lebih banyak nama di pemakaman ini yang kita tidak kenal namanya, dan ada banyak nama yang mungkin tidak dimakamkan di pemakaman ini, tapi mereka semuanya adalah pahlawan, mereka semuanya memberikan jiwa dan raga mereka, dan untuk makna itulah saudara-saudara sekalian kita menghadirkan kembali makna yang abadi dari kepahlawanan adalah memberi, memberi apa saja yang bisa kita berikan, kita berikan tenaga kita, pikiran kita waktu kita, harta kita, dan nyawa kita untuk tujuan yang suci, memberi tanpa henti, itulah makna kepahlawanan abadi.
Bung Tomo tidak wafat di Surabaya, beliau wafat di Arab, berpuluh-puluh tahun setelah beliau dari pertempuran. Tapi berapa orang yang wafat, yang syahid pada peristiwa 10 November, kita tidak pernah tahu persis angkanya. Tapi makna memberi ini yang ingin kita tegaskan, apalagi kita sekarang ini sedang menghadapi krisis. Di saat krisis seperti ini kita perlu menghadirkan kembali nilai-nilai kepahlawanan yang abadi, yaitu memberi tanpa henti.
Yang ketiga, dan ini makna yang penting, terutama untuk kader-kader kita, bung Tomo pada dasarnya bukanlah sorang tentara, bung Tomo adalah seorang jurnalis, saya ulangi kembali, bung Tomo adalah seorang jurnalis, tapi beliau mengambil alih momentum 10 November itu, untuk menyebarkan semangat perlawanan mempertahankan kemerdekaan, garis bawahi kalimat ini : mengambil alih momentum, tidak peduli apa latar belakang beliau, beliau adalah sekali lagi seorang jurnalis, tapi beliau mengambil alih momentum dalam situasi yang sangat kritis, dan siapa yang dilawan oleh beliau dan kawan-kawannya pada waktu itu? pasukan sekutu yang baru saja memenangkan perang pasifik.
Kita tidak pernah memenangkan pertarungan pada 10 November itu, tapi kita mencatatnya bahwa di moment itulah kita menyatakan diri sebagai bangsa bahwa kita tidak akan pernah lagi kembali sebagai bangsa yang dijajah. Karena itu slogannya pada waktu itu – Allohu Akbar – sekali merdeka tetap merdeka.
Mereka mengambil alih momentum itu, momentum perlawanan untuk tidak pernah kembali. Dan saudara-saudara sekalian, semangat mereka inilah yang sekarang ini ingin kita hidupkan kembali, ketika Indonesia, ketika dunia sedang berada dalam krisis besar, dan tidak tidak ada diantara kita yang mengetahui sampai kapan krisis ini berujung,tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan berakhir dari krisis ini, tapi dunia sedang berada dalam goncangan besar, dan hanya bangsa-bangsa yang berani berani mengambil momentum dalam situasi seperti ini yang bisa menjadi pemimpin.
Makna merebut momentum itulah yang kita warisi dari bung Tomo, sekali lagi beliau seorang jurnalis bukan seorang tentara, Tapi beliau mengambil alih momentum, beliau merebut momentum, dan merebut momentum inilah yang ingin kita hidupkan kembali, terutama ketika kita dan dunia seluruhnya berada di tengah krisis.
Saudara sekalian, inilah tiga makna yang menghadirkan kita di pemakaman ini, di depan makam bung Tomo, mudah-mudahan ruh pejuang beliau hidup kembali dalam jiwa kita semuanya, kalau dulu dari kota Surabaya mereka menyatakan satu tekad : sekali merdeka tetap merdeka.
Sekarang waktunya kita menyatakan satu tekad baru bahwa kita sudah merdeka, kita sudah mempertahankan kemerdekaan ini waktunya Indonesia merebut momentum menjadi bagian dari kepemimpinan dunia, sekali lagi ini waktunya Indonesia yang sudah merdeka, sudah mempertahankan kemerdekaannya, juga sudah membangun, dan sedang berada di pertengahan jalan, ini momentumnya untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan dunia saat ini.