
Saya mengenal beliau secara pribadi sejak masih mahasiswa tahun 2000-an. Dan aktif berdiskusi dengan beliau tentang tema-tema nasional dan global sejak tahun 2002, bertepatan ketika saya menjadi ketua senat mahasiswa. Dari inspirasi beliau lah saya berinisiatif mengkonsolidasi BEM se-Makassar untuk membangun parlemen jalanan terbesar pasca reformasi kala itu.
Setelah terjun dalam dunia politik, saya semakin intens berdiskusi dengan beliau. Lebih tepatnya menjadi murid beliau. Anis Matta memang tidak mengajarkan bagaimana menyusun Perda atau seni membaca APBD, tapi beliau mengajarkan tentang norma dan kaidah dalam politik praktis dan interaksi dengan kekuasaan.
Tahun 2012 saya dan beberapa kawan separtai kala itu diikutkan dalam program informal “global leader” oleh beliau. Kami diperkenalkan dengan elit-elit nasional dan berkesempatan medalami pikiran-pikiran mereka. Lalu mengikuti program perjalanan internasional ke beberapa negara untuk diperkenalkan bagaimana dinamika global bekerja. Sayangnya, dinamika internal partai waktu itu membuat program keren ini terhenti.
Baru pada tahun 2016 saya dkk diperkenalkan dengan ilmu baru bagi kami, forecasting. Kebetulan momennya tepat. Anis Matta membaca bahwa dunia sedang mengalami pergeseran besar dalam siklus sejarahnya, dan kita perlu memahami petanya: Krisis ekonomi global tahun 2008, krisis politik arab spring 2010, krisis Krimea 2014, Brexit 2016, fenomena Trumpisme di AS, kebangkitan populisme di Eropa, kebangkitan China, dll.
Bagi mata awam seperti saya, semua fenomena-fenomena tersebut hanyalah rentetan peristiwa yang berdiri sendiri. Tapi dalam kacamata forecasting Anis Matta, semua ini adalah penanda sedang dimulainya gelombang perubahan besar dalam skala global, yang bersesuaian dengan siklus perubahan besar dalam teori-teori siklus perubahan sosial yang populer di dunia.
Bagi Anis Matta, forecasting adalah ilmu saintific. Pengetahuan yang bisa membantu kita membuat prediksi, tapi bukan ilmu pasti. Masa depan hanyalah ilmu Allah. Tetapi akar ilmu forecasting sebagai sebuah pendekatan mengahadapi ketidakpastian dan krisis bisa ditemukan pada kisah Nabi Yusuf di dalam Al-Qur’an yang basisnya adalah mimpi, dan sekarang manusia bisa membuat pendekatan yang serupa melalui basis Big Data.
Sehebat-hebatnya forecasting manusia, tidak akan mampu mengalahkan pengetahuan dan kehendak Allah tentang masa depan. Namun, saya telah menyaksikan bagaimana forecasting Anis Matta dalam peristiwa-peristiwa tertentu benar-benar terjadi atas kehendak Allah.
Sebulan sebelum kudeta Turki tahun 2016 terjadi, kami dalam kelas kecil ilmu forecasting diberikan pertanyaan oleh Anis Matta: “Kira-kira, jika Erdogan dikudeta oleh militer hari ini, apakah kudeta tersebut akan berhasil?”. Kami semua menjawab: Ya, kemungkinan berhasil! mengingat sejarah kudeta militer di Turki yang tidak pernah gagal. Tapi beliau justru menjawab berbeda: Kemungkinan tidak! Lalu beliau menjelaskan bagaimana Erdogan membangun struktur elit baru Turki sejak berkuasa tahun 2003. Struktur elit baru tersebut membuat kudeta militer kemungkinan gagal. Dan, memang terbukti gagal…
Pada kelas tersebut Anis Matta juga menguji kami dengan prediksi pemenang Pilpres AS kala itu: Trump vs Hillary Clinton. Berdasarkan informasi umum yang ada di media dan hasil-hasil survey, menurut kami Hillary yang akan menang. Tapi menurut beliau, kemungkinan Donald Trump. Lalu beliau menjelaskan tentang perubahan struktur sosial masyarakat AS sebagai dampak kapitalisme global yang membuat kelas menengahnya mengalami shrinking, dan melahirkn populisme AS. Dan, sekali lagi forecast itu benar.
Dulu sedikit yang percaya bahwa krisis Crimea bakal membesar menjadi cikal bakal Perang Dunia ke-3, tapi Anis Matta sudah memperingatkan hal tersebut kepada kami waktu itu. Sebagaimana sekarang masih jarang yang gelisah dengan krisis laut cina selatan, tapi beliau sudah mewanti-wanti bahwa ini bisa menjadi sumber konflik besar di kawasan indo-pasifik.
Dan baru beberapa bulan yang lalu beliau menyampaikan bahwa krisis saat ini akan menjadi krisis berdurasi panjang yang menggabungkan semua bentuk krisis secara bersamaan, termasuk varian virus-virus baru pasca Covid-19. Hari ini, kita kembali waspada oleh jenis penyakit baru yang menyerang anak-anak, hepatitis.
Anis Matta, tetap saja manusia biasa. Forecastingnya punya peluang besar untuk salah. Forecasting ini hanyalah sebuah pendekatan saintifik yang dibingkai dengan pendekatan baru dalam memahami pesan-pesan Al-Qur’an. Dan ini yang membuat forecasting beliau tidak pernah melampaui takdir Allah SWT tentang masa depan. Tapi bagi saya, beliau adalah salah satu guru terbaik dalam forecasting di Indonesia saat ini…
Wallahu a’lam…
(Irwan, ST – Bidang Pengembangan Narasi DPN Partai Gelora Indonesia)