Menang Vs Menang (is) By: Nandang Burhanudin New ***** Lebih kurang 700 tahun, Persia bertempur dengan Romawi. Tenggelam dalam kecamuk perang lebih dari 1000 kali pertempuran. Sama-sama kuat. Sama-sama kokoh. Namun tak lama kemudian, Khalid Bin Walid datang, dengan pasukan alakadarnya, tanpa alutsista modern atau backup dana berlimpah. Khalid mampu menghempaskan keduanya hanya dalam jangka waktu 4 tahun saja. Tak tanggung, Khalid dengan modal keimanan kepada Allah, sukses menumbangkan Persia dalam 15 kali pertempuran. Adapun Romawi, lebih singkat lagi, hanya 9 kali pertempuran. Kaget dengan kekalahan mengejutkan, dari pasukan Muslim yang dipandang sebelah mata, Persia dan Romawi melakukan koalisi. Bersatulah dua kekuatan, 200.000 pasukan ves 15.000 pasukan Khalid. Siapa pemenangnya? Pasukan Muslim yang dikomando Khalid bin Walid. Pada Perang Gaza 2014, mentalitas komando sekelas Khalid muncul. Diotaki sosok genius, Muhammad Adh-Dhaif. Drone sederhana, rudal, terowongan canggih, membuat Israel menekan Mesir untuk gencatan senjata. Israel dipermalukan. Namun ia segera bangkit, menekan titik lemah perlawanan Palestina: Mahmud Abbas dan sekuelnya dari Mesir/Jordania. Komandan dan tongkat komando, adalah kunci stabilitas, durabilitas, efektivitas, dan kualitas sebuah perjuangan. Komandan tidak boleh sekedar sholeh, tapi harus shalahiyyah (relevanitas). Lalu apa jadinya jika komando dikendalikan sosok yang tidak sholeh dan tidak shalahiyyah? Mengagungkan kepiawaian Khalid dalam memimpin pasukan, membaca strategi musuh, lalu menemukan racikan jitu mengalahkan lawan, adalah di antara skill dasar seorang komandan. Khalid tentu tidak menggunakan cara, logika, bahkan nalar berpikir komandan Persia atau Romawi. Tapi Khalid meracik resep kemenangan berdasarkan pengalaman di lapangan: pun ketika sukses menghempaskan pasukan Muslim di Perang Uhud. Jadi, kapan dan dimana, otak brilian Khalid itu didalami? Kapan dan mau diperlakukan seperti apa, jika ditemukan insan-insan cerdik pandai seperti Khalid? Jawabannya bisa terlihat dari penerjemahan peta jalan. Plus pemberdayaan SDM di lapangan. Jika orang-orang dengan skill seperti Khalid diparkirkan, maka jangan berharap menang, kecuali menangis menjadi harapan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *