Gelora Demokrasi Kita

Terus memperuncing antara isu agama dan nasionalisme hanya akan merugikan kalangan agamis.

Demokrasi tidak bisa diperjuangkan hanya dengan isu dan memperbesar gesekan antar anak bangsa.

Siapa saja kalangan agamis yang ingin menguatkan demokrasi, maka jalur yang harus ditempuh adalah jalur demokrasi.

Siapa saja kalangan nasionalis yang ingin menguatkan demokrasi, maka jalurnya juga sama yaitu jalur demokrasi.

Siapa saja yang ingin membangun bangsa ini, apapun mazhab politiknya. Baik haluan kiri, kanan, tengah, dalam atau luar. Semua wajib dengan cara cara demokrasi.

Mempertentangkan agamis-nasionalis, menguatkan isu politik identitas bukanlah solusi cerdas menguatkan demokrasi.

Kalangan agamis yang terus menerus sibuk dengan diskursus pancasila-agama, agama-nasionalisme, agama-demokrasi. Dst. Sebenarnya sedang membuang buang waktu.

Terus mengangkat isu isu politik identitas hanya jebakan jangka pendek dalam narasi, tapi itu akan menggali lubang kubur sendiri dalam jangka panjang.

Partai partai islam harus lebih cerdas dalam berjuang dengam fokus pada kekuatan ril dan persiapan SDM sebaik baiknya. Ribut dalam tataran isu agamis-nasionalis justru akan merugikan pihak agamis.

Partai modern tidak boleh mengangkat isu isu dikotomis diatas, karena sebuah partai modern basisnya adalah kolaborasi dengan semua pihak untuk menemukan harapan baru indonesia. Bukan saling ribut soal defenisi pancasila-agama.

Para pendiri bangsa ini sudah sepakat dengan konstitusi bersama soal kebhinnekaan, keragman, pancasila, dst. PR sekarang hanya bagaimana meracik semua itu dengan nalar yang benar.

Kaum agamis agar bisa menahan diri untuk tidak meladeni debat soal soal dikotomis antara agama-nasionalisme. Mereka harus bergerak ke tengah untuk memahami lebih utuh semua bingkai demokrasi di negara ini.

Partai partai islam harus sepenuhnya sadar bahwa cara konvensional yang sudah tidak relevan di era sekarang perlu ditinggalkan dan tidak dipaksakan.

Partai partai islam harus melek fakta bahwa isu isu inilah yang menjadi penyebab utama kenapa partai partai islam sampai saat ini masih terus menjadi pemain cadangan dan bermain di pinggir dalam demokrasi.

Mereka hanya menguasai panggung pinggiran dengan suara rendah dalam elektoral. Riuh dalam debat, minus dalam karya nyata.

Cara mengelola demokrasi modern di era modern ini tidak bisa lagi memakai platform histori masa lalu yang telah jelas gagal. Dunia yang semakin kompetitif sekarang tidak akan mentolerir akal akal yang malas(Resigned Reason).

Berkolaborasilah, beradaptasilah, berkaryalah! ajaklah semua anak bangsa terlibat dalam membangun bangsa ini tanpa sekat dan tanpa isu isu kontraproduktif yang justru merugikan mayoritas muslim gara gara oknum oknum awam dalam beropini.

Partai modern yang dibutuhkan indonesia kedepan adalah partai yang punya pemahaman yang utuh bagaimana cara membaca narasi baru indonesia dalam upaya menguatkan demokrasi dan berbangsa.

Partai modern yang dibutuhkan indonesia kedepan adalah partai yang mampu mempertemukan semua kutub dan gesekan ideologi yang tidak produktif menuju pendekatan pemikiran dan pendekatan visi misi bersama dengan seluruh kalangan anak bangsa.

Gelorakan Semangat Indonesia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *